Indonesia berada di kawasan Cincin Api Pasifik, menjadikannya salah satu negara dengan tingkat kerentanan bencana tertinggi di dunia. Dalam satu tahun, ribuan kejadian seperti banjir, gempa bumi, dan longsor terjadi di berbagai daerah. Sepanjang tahun 2023, lebih dari 2.500 bencana tercatat oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menyebabkan jutaan warga terdampak, sebagian di antaranya kehilangan tempat tinggal dan akses terhadap kebutuhan dasar.
Ambil contoh banjir besar yang melanda Demak, Jawa Tengah. Ribuan rumah terendam selama berminggu-minggu. Sekolah diliburkan, jalan utama terputus, dan banyak warga tinggal di tenda darurat di pinggir jalan raya. Anak-anak tidur beralaskan tikar, sementara para orang tua berusaha bertahan tanpa kejelasan kapan bantuan akan datang.
Kondisi pasca-bencana seringkali lebih berat daripada kejadian itu sendiri. Banyak pengungsi yang tinggal berdesak-desakan tanpa air bersih dan sanitasi memadai. Penyakit seperti diare dan infeksi kulit sering muncul setelah seminggu tinggal di lokasi pengungsian.
Sayangnya, kesiapsiagaan bencana belum menjadi budaya yang merata. Beberapa daerah masih minim pelatihan mitigasi. Warga tidak tahu harus melakukan apa saat sirine berbunyi. Banyak yang tidak memiliki jalur evakuasi atau informasi yang memadai.
Realitas ini menunjukkan bahwa bencana tidak hanya menguji kekuatan alam, tapi juga kesiapan sosial dan kelembagaan. Perlu ada pendekatan berkelanjutan dalam edukasi, sistem peringatan dini, dan penataan ulang infrastruktur di daerah rawan bencana.


